Sabtu, 01 Agustus 2009

Postmodernisme : peningkatan konsumerisme masyarakat Indonesia

postmodernisme sudah masuk dalam tatanan gaya hidup masyarakat indonesia terutama di kota-kota besar seperti jakarta, bandung, surabaya, makasar bahkan jayapura. hal ini dapat terlihat dari gaya hidup masyarakat kita yang kian modern dari hari kehari. semua ingin serba praktis namun berkualitas tinggi. sayangnya produksi-produksi lokal belum bisa memenuhi tuntutan masyarakat modern ini. jadi naiklah permintaan pasar indonesia terhadap produk-produk asing yang mampu memenuhi kriteria tuntutan masyarakat modern ini. akhirnya produk lokal tidak laku dan mati, namun produk asing berkembang biak di indonesia.
postmodernisme dapat kita lihat dari meningkatnya gaya hidup konsumsionis masyarakat indoneisa saat ini. tak dapat dipungkiri lagi, gaya hidup konsumsionis di Indonesia mulai semakin merebak lebih cepat dari yang dibayangkan, terutama dikota-kota besar. kini masyarakat yang kehausan dan ingin minum segelas air putih saja lebih memilih mengeluarkan uang Rp500,- untuk membeli Air mineral daripada masak air sendiri yang lebih irit dan ekonomis serta terjamin kebersihannya. ini artinya masyarakat kita lebih memilih membeli (konsumsi) dibanding membuat sendiri (produksi). padahal kunci untuk menjadi makmur adalah produksi, dan negara akan mandiri bila produksi dalam negeri stabil dan bahkan jika sudah meningkat sangat memungkinkan untuk ekspansi ke negara lain. fakta ini sungguh terbalik dengan cita-cita bangsa. makmur disini hanya diartikan sebagai seberapa hebat kualitas barang yang kita konsumsi, merk apa yang kita konsumsi, dan prestis tidaknya barang yang kita konsumsi. sedangkan negara-negara industri maju dengan santai terus menyuplai barang-barang yang prestis tadi, dan dari situ dia merauk keuntungan yang luar biasa besar. lihat saja seberapa bangganya kita bila duduk dengan laptop buatan Jepang atau Barat ditangan sambil minum kopi di starbucks ketimbang kita duduk diwarung kopi pinggir jalan sambil menulis buah fikiran kita di secarik kertas menggunakan pulpen, McD yang selalu penuh dibandingkan restoran padang, hingga Air mineral yang pada hakikatnya tak akan pernah habis pun kita rela membayar. padahal sturbucks menjual produk yang sama dengan warung-warung kopi pinggir jalan, McD menyediakan makanan cepat saji sama halnya dengan warung tegal apa yang kita inginkan tinggal ditunjuk, dan air mineral yang dahulu kita masak lalu kita siapkan dalam botol untuk sewaktu-waktu dapat diminum kini berubah menjadi berbentuk kemasan yang cukup menarik dan memiliki nilai jual. sayangnya semua itu produk luar negeri, orang indonesia hanya dipersilahkan mengkonsumsinya itu pun harus bayar. lalu kapan kah kita mulai memproduksi semua apa-apa yang kita butuhkan sendiri? setidaknya air minum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar